Dr. Rasman Manafi, Legacy Kepemimpinan yang ‘Jadi’


SEBENTAR lagi Dr. H. Muh. Rasman Manafi, S.P., M.Si.- menghabiskan masa tugasnya sebagai penjabat Wali Kota Baubau, pasti 20 Februari 2025 ini. Sebab tanggal itu (Insha Allah) pasangan H. Yusran Fahim – Wa Ode Hamsinah Bolu resmi dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baubau periode 2025-2030.

-----Catatan : Hamzah Palalloi------ 

Rasman bukan penjabat biasa, ia profil pejabat eselon II kementerian yang diamanahkan negara menjadi kepala daerah, dan sukses menjalankan tugasnya. Boleh jadi dari 170 penjabat kepala daerah di Indonesia yang dilantik tahun 2023 dengan rincian 17 provinsi, 115 kabupaten dan 38 kota, Rasman terbilang yang terbaik.

Indikatornya tidak sekadar value kuatitatif dari hasil evaluasi triwulanan Kemendagri yang menempatkan Rasman memperoleh nilai di bentangan poin 86-96 selama memimpin Baubau. Ia juga tercatat penjabat ‘paling lama’ durasi memimpinnya. Mendekati 18 bulan lamanya dan yang menarik ia menjelajah waktu dalam 3 kalender tahun; September 2023, ful waktu di 2024, dan dua bulanan tahun 2025.

Ya, dibanding penjabat daerah lain, banyak yang durasinya singkat, bahkan ada yang sangat singkat, ada yang 3 bulanan  langsung berganti. Entah karena apa.

Rasman tak pernah bercerita tentang resep mempertahankan kuasa yang dijabatnya. Ia hanya memproduksi pengetahuan bagi penilainya dan bagi aparaturnya di Kota Baubau. Ia seakan menterjemahkan pikiran filsuf Michel Foucault bahwa ‘kekuasan memproduksi pengetahuan, dan pengetahuan memproduksi kekuasaan’. 

Status ‘penjabat’ yang dilekatkan pada status kepala daerahnya tak dimaknai sebagai sesuatu yang ‘sementara’. Ia sangat serius dari awal hingga akhir masa jabatannya. Saat kali pertama menjabat ia begitu serius. Ia menata ‘pikiran’ aparatnya mencari kefokusan terhadap tugas dan fungsinya melalui capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) di masing-masing unit kerja.

Begitu tertata, Rasman menginjeksi Tupoksi yang diembannya dari Pemerintah Pusat, yakni 8 fokus Arahan Presiden dengan ratusan indikator kinerja di dalamnya.  Tak lupa ia menjaga  stabilitas daerah dengan pola ‘ipoleksosubudhankam’, - yang ini memang ‘mainan’ Rasman sebagai alumni terbaik Lemhanas. 

Selama itu, cara berpikir aparatur Kota Baubau seolah naik level, selera berpemerintahan juga meningkat. Rasman mengunci dengan diksi ‘percepatan, digitalisasi, juga Pensus’. Pensus atau pemerikasaan khusus, tatkala ada aparatur yang melenceng dalam tugasnya. 

Saya sendiri pernah menolak perintah Pensus yang ditujukan kepada staf saya di Kominfo. “Pak saya masih bisa membina, jangan dulu Pensus” kataku. Dr. Rasman menjawab singkat, “Saya beri kesempatan, tapi gagal, saudara harus bertanggung jawab”. Ia tetap cair dengan segala pengetahuan yang dimiliknya.

Saya memaknainya bila kepemimpinan Dr. Rasman adalah cara pikir dekonstruksi, teori yang dikembangkan Jacques Derrida yang bertujuan untuk mengguncang makna tetap dalam teks dengan menunjukkan bahwa bahasa selalu bersifat cair, tidak memiliki pusat yang absolut, dan selalu terbuka pada ‘tafsir’ baru. Seperti kata ‘gas’ yang memiliki berbagai kemungkinan makna, selalu bergerak dan berkelindan dengan makna lain.  

Memang ada juga dinamika dalam kepemimpinannya, tetapi selama itu tak ada diksi hukuman. Padahal banyak pihak yang menunggunya. Dr. Rasman seperti selalu berupaya ‘mengecilkan’ masalah, dan meluaskan kesempatan. Boleh jadi ini resep-resep lain kepemimpiannya.

Kembali soal keseriusan,  jangan tanya lagi. Di akhir-akhir kepemimpinannya saat ini Rasman tetap ‘tancap gas’. Ia tetap fokus pada ‘perjanjian kinerja’ antara kepala daerah dengan pimpinan OPD juga evaluasi terhadap nilai SAKIP sebagai bentuk dan pegangan keberhasilan unit kerja. Padahal, sudah banyak yang berpikir, “Sudahlah, nanti dikepemimpinan Haji Yusran dan Ibu Inan, situasinya lain lagi” selorohnya begitu.

Ia tahu situasi itu, tetapi Dr. Rasman tak ingin mengakhiri kepemimpinannya dengan cara berpikir ‘Curva S’ yang melahirkan perlambatan di garis finish. Rasman seolah berpikir, kepemimpinan pemerintahan itu tak ada yang berakhir, yang berganti hanya person. Jadi tugas dan tanggung jawab tetap berjalan di rel-nya. 

Legacy Kepemimpinan ‘Jadi”

Dr. Rasman sejak dulu seorang pembelajar, kepemimpinannya saat ini adalah akumulasi kepemimpinan yang dipelajarinya dari banyak  figur, masa dan kesempatan. Di Baubau ia adalah legacy kepemimpinan pendahulunya sebagai warisan dari cara berpikir Dr. Amirul Tamim. Sosok peletak dasar dan tokoh pembangun Kota Baubau. 

Pak Amirul Tamim dinilainya sebagai figur dan sepuh yang pijakan pikiran dan keputusannya selalu langgeng dalam tata perkotaan, dan terampil mengelola pemerintahan. Ia juga belajar dari pendahulunya Pak AS. Tamrin sebagai figur bijak yang selalu membawa nilai. Demikian pula dari sosok Pak Hado Hasina tentang pengembangan kawasan, hingga Pak Monianse yang dianggapnya Abang yang selalu mewariskan semangat, kecerdasan, ketenangan pengambilan keputusan dan budi pekerti pada semua orang.

Pemerintahan Kota Baubau beruntung memiliki kepemimpinan Dr. Rasman, sosok yang yang sebenarnya adalah warisan atau legacy kepemimpinan yang lahir dari  Baubau untuk Baubau. Rasman adalah hasil benturan zaman kota ini, yang telah ‘jadi’ sebagai sosok pemimpin yang siap bekerja dimana dan kapanpun.

Tentu ada kekurangan dan rintih kecil dalam kepemimpinannya, tetapi kita pantas berterima kasih padanya. Terima kasih Pak Dr. Rasman.! (**)

Posting Komentar

0 Komentar